MINANGKABAUNEWS.com, BUKITTINGGI — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, Buya Dr. Gusrizal Gazahar Datuak Palimo, memberikan kajian kajian Sirah Nabawiyah yang dihadiri ratusan peserta di Bukittinggi, Sabtu (13/4/2025). Dalam acara bertajuk “Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam Membangun Peradaban”, Buya Dr. Gusrizal membuka kajian dengan mengajak umat memperdalam pemahaman tentang perjalanan hidup Rasulullah SAW sebagai panduan kehidupan.
**Hilf al-Fudhul: Sumpah Mulia Pra-Islam yang Diakui Rasulullah**
Buya Dr. Gusrizal mengupas sejarah *Hilf al-Fudhul*, sebuah ikrar kebajikan yang dibentuk masyarakat Mekkah pra-Islam untuk membela kaum tertindas. “Nabi Muhammad SAW, meski belum diangkat sebagai rasul, turut serta dalam sumpah ini. Beliau bahkan bersabda, ‘Seandainya aku diundang untuk itu di masa Islam, pasti aku penuhi’,” jelasnya. Menurut Buya, peristiwa ini membuktikan nilai-nilai universal seperti keadilan dan perlindungan terhadap kaum lemah telah menjadi fondasi peradaban, bahkan sebelum Islam datang.
**Kredibilitas Nabi dalam Dunia Bisnis: Pelajaran untuk Umat Modern**
Bagian kedua kajian menyoroti integritas Nabi Muhammad SAW semasa berkarier di bidang perdagangan. Buya Dr. Gusrizal menceritakan bagaimana Rasulullah, yang berasal dari keluarga sederhana, meraih kepercayaan Khadijah binti Khuwailid—pengusaha terkemuka Mekkah—berkat kejujuran, profesionalitas, dan akhlak mulianya. “Gelar *Al-Amin* (yang terpercaya) disematkan padanya oleh masyarakat Quraisy. Ini menjadi bukti bahwa etika bisnis Rasulullah relevan di segala zaman, termasuk di era ekonomi digital seperti sekarang,” tegasnya.
**Relevansi Sirah Nabawi di Era Kontemporer**
Buya Dr. Gusrizal menekankan, kajian Sirah Nabawiyah bukan sekadar mengingat sejarah, tetapi mengekstrak nilai universal yang dapat diaplikasikan dalam konteks kekinian. “Membela keadilan (*Hilf al-Fudhul*) dan berbisnis dengan integritas adalah dua prinsip yang harus dihidupkan umat Islam, khususnya dalam menghadapi tantangan global,” ujarnya.
Kegiatan yang digelar di Auditorium Islamic Center Bukittinggi ini diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif. Para peserta menyambut antusias, terlihat dari membludaknya pendaftar hingga mencapai kapasitas ruangan. Panitia menyatakan akan menggelar kajian serupa secara berkala untuk memperkuat literasi sejarah dan keislaman masyarakat. (RI)